Jumat, 28 Oktober 2011

Khutbah Idul Adha

IDUL QURBAN

PERDAMAIAN, PERSAUDARAAN, PERSATUAN

Oleh

Andy Khoer Afandy Habsya S.Hi, S.Pdi


 

Hari ini takbir dan tahmid digemakan umat Islam di hampir seluruh permukaan bumi. Puja dan puji ke hadirat Ilahi Rabbi menggetarkan tali temali rasa, tidak saja bagi yang sedang melaksanakan ibadah haji di tanah suci, namun juga bagi kita yang ada di sini. Walau terpisah jauh dengan mereka, namun hati kita menyertai jutaan mereka yang saat ini sedang berjejal ria dalam cuaca yang sejuk dingin, untuk melempar jumratul 'aqabah setelah kemarin melalukan wuquf di padang 'Arafah. Do'a kita mengiringi mereka yang sedang menyelesaikan tahap akhir dari rangkaian ibadah hajinya: Semoga Allah SWT menganugerahkan kelancaran dan kemudahan kepada mereka yang sedang memenuhi panggilan mulia, kemudian dapat kembali ke tempat tinggal asal dengan selamat sebagai haji yang mabrur. Kitapun berharap, insya Allah disaat yang dekat diperkenankan menapakkan kaki di tanah suci untuk menjenguk Baitullah.

لبّيك الله لبّيك

Jamaah yang semoga senantiasa mendapat curahan kasih sayang Allah SWT.,

Seluruh ritual haji yang saat ini sedang dilaksanakan di Tanah Haram oleh saudara-saudara kita, kaum Muslimin dan Muslimat dari berbagai penjuru dunia, mengingatkan kita kembali kepada rentetan peristiwa besar yang telah terjadi ribuan tahun silam, peristiwa yang menggambarkan sifat atau karakter yang mencerminkan keteguhan dan ketabahan hati, kerelaan berkorban yang mampu bertahan menghadapi ujian demi ujian karena dorongan idealisme atau hasrat mulia yaitu mengharapkan ridho, cinta kasih Allah SWT, penguasa seluruh alam semesta. Sebuah gambaran mengenai hasrat mulia yang melahirkan sikap dan pendirian tegas, yang tidak dapat digoyahkan dan diselewengkan oleh apapun jua :


Di dalam masa yang penuh tantangan, baik internal maupun eksternal pada saat ini, sifat atau karakter yang mulia tersebut nampaknya harus kita kokohkan kembali kehadirannya ditengah-tengah masyarakat atau bangsa ini, terutama di kalangan kaum Muslimin. Karekter mulia tersebut amat perlu dan sangat relevan, jika yang kita inginkan adalah keberhasilan dalam menghadapi jaman dengan tantangan perubahan yang cepat dan penuh dengan ketidakpastian. Kita semua mendambakan kehidupan yang lebih baik, di dunia ini dan di akherat nanti, dan dengan demikian harus berusaha untuk turut serta dalam usaha menjawab berbagai tantangan tersebut. Jalan menuju kepada kedamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan itu adalah ketundukan dan ketulusan memenuhi panggilanNya yang memang mengajak kepada tujuan berupa negeri yang sejahtera, Darussalam, melalui jalan yang lurus, shirotol mustaqiem;



 


 


 

Artinya :"Allah SWT mengajak / memanggil (manusia) ke Darussalam (negeri yang penuh dengan kedamaian), dan menunjuki orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus".(Yunus[10]:25)

Secara tulus kita akui, bahwa tidaklah mudah untuk menjadi seorang muslim, seorang yang tunduk secara tulus memenuhi panggilanNya, meskipun panggilan itu sebenarnya untuk kebaikan bagi dirinya sendiri. Bahkan lebih dari itu, ketundukan yang tulus akan terwujud dalam bentuk rahmat bagi lingkungan sekelilingnya, menjadi rahmatan lil 'alamin, dan sebenarnya kita juga mengetahui bahwa ini merupakan tugas hidup seorang hamba yang muslim, sebagaimana secara implisit telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam ayatNya yang berbunyi :


Artinya : "Tiada Kami utus engkau (ya Muhammad), kecuali sebagai penabur rahmat bagi seluruh alam (Al-Anbiya[21]:107)

Sudah menjadi sunnahNya bahwa kepatuhan atau ketaatan yang tulus dari seorang hamba akan secara terus menerus, tanpa henti, dihadapkan pada tes atau ujian dalam berbagai bentuk, di setiap fase hidup dan kehidupannya, baik di kala berkecukupan maupun saat serba kekurangan. Pada saat Allah SWT memberinya rezeki harta kekayaan, masihkah diingatnya bahwa ada sejumlah saudaranya, sesamanya yang memerlukan santunannya; pada saat Allah SWT memberinya kelebihan pengetahuan, masihkah diingatnya bahwa besertanya ada amanah untuk memberinya pencerahan kepada sesamanya; pada saat Allah SWT memberinya keluasan kekuasaan, masihkah diingatnya bahwa dalam kekuasaan itu terkandung amanah untuk membebaskan mereka yang kelaparan karena adanya ketidakadilan di bidang ekonomi dan membebaskan mereka yang ketakutan karena adanya ketidakadilan di bidang hukum dan politik. Pada saat Allah SWT memberinya ujian berupa musibah, kesulitan dan kesempitan hidup, masihkah diingatnya bahwa nikmat Allah SWT kepadanya jauh lebih banyak dibanding dengan persoalan yang sedang dihadapinya itu; masihkah tersimpan sebersit harapan bahwa cepat atau lambat pertolongan Allah SWT pasti datang melalui ikhtiar di jalan yang benar tanpa kenal menyerah dan melalui do'a yang tulus.

الله اكبر () ولله الجمد

Hamba-hamba Allah SWT yang semoga mendapat curahan kasih sayangNya.

Drama hidup dan kehidupan manusia, dari dulu, sekarang maupun di masa-masa yang akan datang, pada dasarnya berpusar di sekitar ketaatan atau keingkaran dalam memenuhi panggilan atau ajakanNya menuju kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, di sini, di dunia dan di sana, di alam yang abadi. Tragedi kemanusiaan yang disebabkan oleh keengganan mengutamakan panggilan persaudaraan dan perdamaian dibanding godaan yang membawa kepada kebencian, permusuhan dan kerusakan, sebenarnya telah terekam dan tersimpan rapi dalam sejarah umat manusia dan seharusnyalah menjadi sebuah pelajaran berharga bagi generasi-generasi berikutnya.;


 


Artinya : "Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah sebagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul), (Alqur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa". (Ali Imran[3]: 137-138)

Lebih dari itu pada saat tragedy tersebut harus terjadi maka ia akan menimpa siapa saja, baik yang zalim maupun yang 'alim. Ini disebabkan karena kondisi yang telah melewati batas-batas yang dapat ditolerir itu sebenarnya terjadi karena adanya kontribusi semuanya, kaya maupun papa, zalim maupun 'alim, penguasa maupun rakyat jelata.


 


 


 


 


Artinya :"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuialah bahwa Allah SWT amat keras siksanya.(Al-Anfaal[8]:25)

الله اكبر () ولله الجمد

Hamba-hamba Allah SWT yang semoga mendapat curahan kasih sayangNya

Kita semua cemas memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini, baik di tingkat local, nasional, regional, maupun internasional. Mengingat bahwa memelihara atau menjaga harmoni persaudaraan, perdamaian dan persatuan merupakan salah satu wujud dari keimanan, sebagai konsekuensi tugas menjadi penabur rahmatan lil 'alamin, maka sudah seharusnyalah sekurang-kurangnya kita menyuarakan rasa prihatin yang mendalam terhadap berbagai konflik, yang sebenarnya, betapapun peliknya, selalu tersedia jalan keluarnya secara terhormat dan bermartabat.


Artinya:"Dan berpegang teguhlah kepada tali (Agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu." (Ali-Imran[3]:103)


 


 

Artinya :" Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat". (Ali-Imran[3]:105)

Kecintaan secara berlebihan terhadap keduniaan, baik dalam bentuk kekayaan harta maupun kekuasaan, membuka peluang untuk rusaknya perdamaian, persaudaraan dan persatuan antar sesama. Obsesi keduniaan dapat mendorong seseorang untuk bersedia melepaskan hak kedamaian hidup akheratnya, yaitu dalam bentuk mengambil hak orang lain, baik harta maupun nyawa, secara halal, walaupun sejarah telah mengajarinya bahwa tindakan seperti itu selalu akan berakhir dengan kenestapaan, tidak saja di akherat bahkan kenestapaan itu juga telah mulai dirasakan sejak di dunia ini.


Artnya :"Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akherat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong". (Al-Baqarah[2]:86)

Rasulullah telah berpesan dalam khutbah haji wada'nya yang sampai saat ini dan bahkan masa-masa mendatang akan selalu relevan, yaitu :

Aku perintahkan kamu sekalian, wahai hamba Allah, untuk takut kepada Allah dan aku tekankan kepamu untuk taat kepadaNya, dan aku buka pembicaraan ini dengan sesuatu yang baik. Wahai sekalian manusia! Bahwasanya darah (nyawa), harta benda, dan kehormatanmu adalah suci dan tidak dapat diganggu gugat, seperti sucinya hari ini di kota ini, sehingga kamu sekalian bertemu dengan Rabbmu. Sesungguhnya engkau sekalian akan bertemu dengan Rabbmu, dan Dia akan bertanya kepadamu tentang segala perbuatan-perbuatanmu. Ingatlah sudah aku sampaikan risalah ini. Wahai Allah, jadikanlah saksi atas peristiwa ini. Karenanya barang siapa telah diserahi amanah, maka tunaikanlah amanah itu kepada orang yang berhak menerimanya. Ketahuilah bahwa seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lainnya, dan orang-orang Muslim adalah satu persaudaraan. Tidaklah harta benda seorang Muslim halal bagi saudaranya kecuali apa-apa yang diijinkannya. Karenanya janganlah kamu sekalian menganiaya dirimu sendiri.

الله اكبر () ولله الجمد

Tentu saja kehidupan yang damai, tenteram, lapang hati dan sejahtera tidak bermakna kehidupan yang statis, yang dapat datang tiba-tiba begitu saja. Keadaan ini adalah sesuatu yang perlu diupayakan dan dipelihara terus menerus secara dinamis, memerlukan kerja keras yang sistematis, yang menuntut pengerahan seluruh kemampuan dan sumberdaya yang telah dianugerahkan olah Allah SWT kepada kita semua. Sumber energi dari dinamika tersebut seharusnyalah berasal dari keyakinan bahwa upaya dan usaha yang tidak kenal lelah itu adalah merupakan salah satu wujud pengabdian atau ibadah kepada Allah SWT. Bangsa ini memerlukan itu semua, memerlukan desain kehidupan, desain yang dirancang bangun melalui planning yang jelas, komprehensif, dan realistis. Keberhasilan perjuangan kemerdekaan merupakan bukti betapa energi yang dibangkitkan oleh suatu kesadaran bahwa memperjuangkan hak kemerdekaan merupakan ibadah, ternyata mampu mengatasi tantangan terhebat di zamannya.

لبّيك اللهمّ لبّيك. لبّيك لا شريك لك لبّيك. انّ الحمد والنّعمة لك لبّيك

"Aku datang menyambut panggilanMu ya Allah, aku datang menyambut panggilanMu. Tidak mungkin ada makhluk apapun menandingiMu ya Allah, aku datang menyambut panggilanMu. Dan seluruh kekuasaanMu tiada tandingannya".

Secara harfiah qurban berarti dekat dalam konteks ini adalah dekat dengan Allah. Ibrahim a.s. telah memberikan contoh kepada umat manusia mengenai makna kedekatan dengan Allah SWT tersebut.



 


 


 

Artinya: "Ketika Tuhan berfirman kepadanya: Tunduk patuhlah!, maka Ibrahim menjawab : Aku tunduk kepada Rabb semesta alam". (Al-Baqarah[2]: 131)

Beliau memberikan sebuah contoh sempurna mengenai ketundukan dan kepatuhan yang tulus sebagai wujud dari kedekatan itu. Ibrahim a.s. bersama puteranya, Ismail a.s., telah membuktikan kepada seluruh umat manusia bahwa jika manusia bersedia untuk istiqomah dalam ketundukan dan kepatuhan yang tulus, maka godaan atau cobaan yang betapapun hebatnya akan senantiasa dapat diatasi. Beliau berdua telah menempatkan kepatuhan kepada Allah diatas cinta kasih atau keinginan kepada apapun dan siapapun juga. Di saat sang putera, yang senantiasa didambakan kehadirannya melalui do'a yang panjang, menginjak usia dewasa datanglah ujian yang luar biasa beratnya kepada Ibrahim a.s. sang ayahanda, melalui mimpinya untuk menyembelihnya. Maka berkatalah sang ayahanda itu kepada putera kesayangannya: "Wahai Ismail, tadi malam melalui mimpi aku menerima perintah Allah yang sangat berat. Aku diperintahkanNya untuk menyembelih engkau, anakku, dengan kedua tanganku sendiri. Kini aku meminta pertimbanganmu, bagaimana sikap kita terhadap perintah itu?



 


 

Artinya : "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!"Ia menjaawab: "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Ash-Shaaffaat[37]:102)

Ismail hanya membutuhkan waktu sekejap mata untuk merenungkan ucapan ayahandanya.

Maka pada saat mereka telah berada di puncak penyerahan diri secara total, ketika Ibrahim a.s. telah dengan mantap meletakkan pedang diatas leher anak kesayangannya, Allah SWT berfirman:

وند ينه ان يآءبراهيم. قد صدّقت الرّء يآ اناّ كذ لك نجزى المحسنين. انّ هذا لهو البلؤا المبين. وفدينه بذبح عظيم.


 

Artinya:"Dan Kami panggillah dia:"Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu",sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar".(Ash-Shaffaat[37]:104-107)

وتركنا عليه فى الاخرين. سلم على ابراهيم. كذالك نجزى المحسنين. انه من عبادنا المؤمنين.


 

Artinya :"kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman".(Ash-Shaaffaat[37]:108-111)


 

Allah SWT mengabadikan peristiwa besar ini untuk dikenang dalam bentuk perintah Qurban kepada kaum mu'minin yang mampu, dengan menyembelih sapi, kambing, atau unta. Penyembelihan hewan tersebut tidak dimaksudkan sebagai persembahan kepada Allah, karena Dia tidak membutuhkan apapun juga.



 


 

Artinya:"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah SWT telah menundukkannya untuk kamu supaya kemu mengagungkan Allah SWT terhadap hidayahNya kepadamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik". (Al-Hajj[22]:37)

الله اكبر () ولله الجمد


 

Sebagai manusia biasa, kita tidak pernah luput dari kealpaan dan kekhilafan dalam mewujudkan ketaatan kepada Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari. Pintu-pintu ampunanNya terbuka lebar bagi mereka yang ingin kembali dekat kepadaNya. Semoga kisah ini menjadi cermin yang membawa hikmah kebaikan bagi kita bersama. Kebaikan yang terkandung dalam semangat berkorban, bermusyawarah, berkesantunan dalam memimpin, dan berbesar hati dalam menerima hasil usaha secara benar, tanpa mengambil hak orang lain. Marilah kita tutup khutbah ini dengan bersama-sama berdo'a dengan khusyu' sepenuh hati:

Allahumma ya Allah, Engkau yang Maha Perkasa dan Kuasa

Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Ya Rahman Ya Rahim Ya Aziz Ya Ghaffar

Ya 'alimul Ghaibi wasy Syahaadah


 

Engkau mengetahui niat kami

Untuk kembali mendekatkan diri kepadaMu

Untuk mengabdi hanya kepadaMu


 

Terimalah niat kami ya Allah

Dengan limpahan rahmatMu, taufiqmu, dan hidayahMu

Yang akan mengantar dan mengawal kami agar tetap berada di jalan yang benar

Dalam usaha kami menghadapi tantangan berat untuk memenuhi

panggilanMu mewujudkan Darussalam, negeri yang damai, tenteram dan sejahtera

ya Allah peliharalah ketulusan hati kami

Dari debu-debu nafsu yang sering menggoda

Untuk memberikan perhatian yang berlebihan kepada dunia yang sementara

Yang hanya akan memberikan duka nestapa

Dengan melupakan kehidupan akherat nanti yang abadi

Ya Allah Ghofuruuurhiim

Apabila dalam perjalanan memenuhi panggilanMu

Kami tergelincir karena dosa dan alpa

Kami memohon berkenan kiranya engkau segera menegur dan mengingatkan

Dan menuntut kami ke jalanMu yang benar

Jalan yang akan membawa kami ke darusasalam

Jalan yang menuju keridhoanMu

Rabbi, ampuni segala dosa dan kesalahan kami

Ampuni dosa dan kekhilafan kami ayah bunda kami

Pemimpin-peminpin kami

Dan guru-guru kami

Terimalah amal pengabdian kami semua

Sebagai amal ibadah yang Engkau ridhoi

آمين يا مجب السا ئلين

ربنا اتنا فى الدنيا حسنةوفى الآخرة حسنة وقنا عذا ب النر

والحمد لله رب العلمين

بالله التوفيق والهداية

والسلام عليكم وراحمةالله وبركاته

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright Artikel, Skripsi 'N Tesis 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .