Jumat, 28 Oktober 2011

Resep Memperbaiki Kualitass Kehidupan Bangsa

RESEP MEMPERBAIKI KUALITAS KEHIDUPAN BANGSA

Oleh:

A. Andy Khoer Afandy Habsya, S.Hi, S. Pdi


 

الله أكبر الله أكبر الله أكبر 3

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


 

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.

Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.


 

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang begitu banyak sehingga kita sendiri tidak akan mampu menghitung secara rinci tentang kenikmatan-kenikmatan itu. Karenanya dalam konteks nikmat, Allah Swt tidak memerintahkan kita untuk menghitung tapi mensyukurinya. Kehadiran kita pada pagi ini dalam pelaksanaan shalat Idul Adha bersamaan dengan kehadiran sekitar tiga sampai empat juta jamaah haji dari seluruh dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci merupakan salah satu dari tanda syukur kita kepada Allah Swt.


 

    Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikuti setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.


 

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Yang Berbahagia……….


 

    Hari ini kita kenang kembali manusia agung yang diutus oleh Allah Swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as beserta keluarganya yakni Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan pribadinya membuat kita bahkan Nabi Muhammad Saw harus mampu mengambil keteladanan darinya, Allah Swt berfirman:


 

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِى اِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ

Artinya :

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS 60:4).


 

Dari sekian banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia serta mengambil hikmah dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di tanah suci, pada kesempatan khutbah yang singkat ini, paling kurang ada lima isyarat yang bisa kita ambil sebagai resep dalam memperbaiki kualitas kehidupan bangsa kita yang rendah padahal mayoritas penduduknya adalah muslim. Karena itu, dari sejarah kehidupan Nabi Ibrahim as dan keluarganya serta dari pelaksanaan ibadah haji, Lima hal ini sekaligus menjadi kunci bagi upaya memperbaiki kualitas kehidupan bangsa sehingga mudah-mudahan bisa menyelamatkan kehidupan bangsa dari kehancuran, apalagi kita masih terus berjuang untuk mengatasi berbagai persoalan besar yang menghantui kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pertama, berbaik sangka kepada Allah Swt, sikap ini merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dari sikap inilah kita akan menjalani kehidupan sebagaimana yang ditentukan Allah Swt. Nabi Ibrahim dan isterinya Siti Hajar telah menunjukkan sikap yang sangat positif kepada Allah Swt. Sebagaimana kita ketahui, Nabi Ibrahim mendapat perintah untuk memindahkan Siti Hajar dan anaknya Ismail as ke Makkah, terasa berat untuk melakukan hal ini, bukan semata-mata harus berpisah dengan isteri dan anak, tapi juga karena di Makkah pada waktu itu belum ada kehidupan, tidak ada manusia, tumbuh-tumbuhan, binatang bahkan air sekalipun. Sikap berbaik sangka kepada Allah membuat Ibrahim dan Siti Hajar yakin bahwa tidak mungkin Allah Swt punya maksud buruk dalam memerintahkan sesuatu. Begitu pula halnya dengan perintah menyembelih Ismail as. Memang harus kita sadari bahwa ketika Allah Swt memerintahkan sesuatu itu berarti Allah ingin mewujudkan kemaslahatan atau kebaikan-kebaikan dan ketika Allah melarang, itu berarti Dia ingin mencegah terjadinya mafsadat atau kerusakan-kerusakan yang akan menimpa manusia. Dalam satu hadits, Rasulullah Saw bersabda:


 

لاَ يَمُوْتَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ إلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ تَعَالَى

Artinya :

Janganlah salah seorang dari kalian mati, kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah (HR. Abu Daud dan Muslim).


 

Manakala seseorang sudah berbaik sangka kepada Allah Swt, maka ia optimis bahwa ada hari esok yang lebih baik. inilah pelajaran penting yang harus kita peroleh dari kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sikap ini merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dari sikap inilah kita akan menjalani kehidupan sebagaimana yang ditentukan Allah Swt.

    Dalam kehidupan masyarakat kita sekarang, banyak orang yang telah hilang sikap optimismenya sehingga terasa tidak mungkin ada perubahan yang lebih baik, ini merupakan sikap yang berbahaya dan harus dihindari karena seseorang menjadi apatis atau masa bodoh dengan berbagai persoalan yang ada di sekitarnya bahkan bisa putus asa hingga bunuh diri ketika menghadapi persoalan pribadi dan keluarga yang berat. Indikasi ini sudah banyak terjadi, bahkan bunuh diri tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tapi juga pada anak-anak. Kesulitan manusia, sesulit apapun yang dialaminya pada hakikatnya tidaklah sesulit generasi terdahulu, selalu ada saja kesulitan yang lebih sulit dialami oleh generasi terdahulu.


 

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Rahimakumullah……….


 

Kedua, manakala seorang muslim sudah berprasangka baik kepada Allah, maka apapun yang diperintah Allah akan dilaksanakan dan apapun yang dilarang akan ditinggalkannya, inilah yang disebut dengan disiplin dalam syari'at, Ibadah haji dan kurban merupakan pelaksanaan dari salah satu syari'at yang diturunkan Allah Swt. Ini berarti seorang muslim harus menunjukkan kedisiplinannya untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari'at, hukum atau undang-undang dari Allah Swt, baik dalam perkara kehidupan pribadi, keluarga masyarakat maupun bangsa dan negara. Disiplin dalam syari'at akan membuat seorang muslim tidak tergoyahkan oleh komentar-komentar negatif dari orang yang tidak mengerti terhadap syari'at, Allah Swt berfirman:

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيْعَةٍ مِنَ الاَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ اَهْوَاءَ الَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ

Artinya :

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari'at dari suatu urusan, maka ikutilah syari'at itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang yang tidak mengerti (QS 45:18)

    

Ibadah haji mendidik umat Islam untuk disiplin dalam syari'at. Ibadah ini dimulai dengan ihram yang berarti pengharaman dan diakhiri dengan tahallul yang berarti penghalalan. Dari sini, seorang muslim apalagi seorang haji akan selalu siap meninggalkan sesuatu yang memang diharamkan Allah Swt dan hanya mau melaksanakan sesuatu bila memang dihalalkan oleh Allah Swt.

Resep Ketiga yang merupakan pelajaran dari Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya guna memperbaiki kualitas bangsa adalah
mau berusaha untuk mencari rizki yang halal, bukan menghalalkan segala cara. Keyakinan bahwa Allah punya maksud baik dan rizki di tangan-Nya membuat manusia seharusnya mau berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Siti Hajar berusaha mencari rizki yang dalam rangkaian ibadah haji disebut dengan sa'i. Oleh karena itu Allah Swt senang kepada siapa saja yang berusaha secara halal meskipun harus dengan susah payah, Rasulullah Saw bersabda:

ِانَّ اللهَ تَعَالىَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى تَعِبًا فِى طَلَبِ الْحَلاَلِ

Artinya :

Sesungguhnya Allah cinta (senang) melihat hambanya lelah dalam mencari yang halal (HR. Ad Dailami).

Usaha yang halal meskipun sedikit yang diperoleh dan berat memperolehnya merupakan sesuatu yang lebih baik, daripada banyak dan mudah mendapatkannya, tapi cara memperolehnya adalah dengan mengemis yang hanya akan menjatuhkan martabat pribadi. Bila mengemis saja sudah tidak terhormat apalagi bila mencuri atau korupsi dan cara-cara yang tidak halal lainnya. Rasulullah Saw bersabda:

لَأََنْ يَحْمِلَ الرَّجُلُ حَبْلاً فَيَحْتَطِبَ بِهِ، ثُمَّ يَجِيْءَ فَيَضَعَهُ فِى السُّوْقِ، فَيَبِيْعَهُ ثُمَّ يَسْتَغْنِىَ بِهِ، فَيُنْفِقُهُ عَلَى نَفْسِهِ خَيْرٌلَهُ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ، اَعْطَوْهُ اَوْمَنَعُوْهُ.

Artinya :

Seseorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar, lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya, maka itu lebih baik daripada seorang yang meminta minta kepada orang-orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak (HR. Bukhari dan Muslim).


 

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah……………


 

    Keempat, resep untuk memperbaiki kualitas kehidupan bangsa adalah bergerak dalam kebaikan. Ibadah haji merupakan ibadah bergerak. Para jamaah bergerak dari rumahnya menuju ke asrama haji, hanya beberapa jam di asrama haji, para jamaah harus bergerak lagi menuju Bandara, sesudah naik pesawat, mereka diterbangkan menuju bandara King Abdul Aziz, Jeddah, dari Jeddah para jamaah harus bergerak lagi menuju Madinah bagi jamaah gelombang pertama untuk selanjutnya Menuju Makkah, sedang bagi jamaah gelombang kedua para jamah langsung ke Makkah. Disana jamaah langsung menunaikan umrah hingga tahallul. Selama beberapa hari di Makkah, para jamaah sudah harus bergerak lagi untuk melaksanakan puncak ibadah haji, mereka harus bergerak lagi menuju Arafah untuk wuquf, malam harinya menuju Muzdalifah untuk mabit dan mengumpulkan batu, keesokan harinya melontar di Mina, Tawaf ifadhah di Makkah, kembali lagi ke Mina untuk melontar hingga selesai, lalu kembali lagi ke Makkah untuk bersiap meninggalkan Makkah menuju Tanah air masing-masing dan sebelum meninggalkan Makkah, para jamaah bergerak lagi untuk melakukan tawaf wada, yakni tawaf perpisahan dengan ka'bah. Dari rangkaian ibadah haji, puncak kesulitan bahkan resiko yang paling besar adalah saat melontar yang melambangkan perlawanan atau peperangan melawan syaitan.

Dari rangkaian ibadah haji, kita bisa mengambil pelajaran bahwa setiap muslim apalagi mereka yang sudah menunaikan haji seharusnya mau bergerak untuk memperbaiki keadaan. Setiap muslim harus bergerak untuk mencari nafkah, bergerak mencari ilmu, bergerak untuk menyebarkan, menegakkan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, bergerak untuk memberantas kemaksiatan dan kemunkaran. Ini semua menunjukkan bahwa seorang muslim jangan sampai menjadi orang yang pasif, diam saja menerima kenyataan yang tidak baik, apalagi bila hal itu dilakukan dengan dalih tawakkal, padahal tawakkal itu adalah berserah diri kepada Allah atas apa yang akan diperoleh sesudah berusaha secara maksimal.

Kelima, resep untuk memperbaiki kualitas kehidupan bangsa adalah pengorbanan di jalan yang benar. Idul Adha merupakan hari raya qurban, satu hari yang mengingatkan kita untuk memperkokoh semangat pengorbanan, hal ini karena Nabi Ibrahim dan keluarganya yang kita kenang pada hari raya Idul Idha ini merupakan tokoh yang tiada tara dalam berkorban untuk menunjukkan ketaatannya kepada Allah Swt. Qurban secara harfiyah berarti pendekatan, yakni pendekatan diri kepada Allah Swt agar kehidupan di dunia ini dan di akhirat nanti menjadi baik. Orang yang mau berkorban berarti orang yang menyadari akan masa depan yang lebih penting dari pada masa sekarang. Karena itu Allah Swt berfirman:

يَآاَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌبِمَاتَعْمَلُوْنَ

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan perhatikanlah dirimu, apa yang sudah kamu perbuat untuk hari esok, bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat (QS 59:18).


 

Pengorbanan memang harus kita lakukan dalam hidup ini, karena pengorbanan itu tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tapi sebenarnya bagi kita juga, hal ini karena bila kita memiliki kemampuan mengorbankan sesuatu lalu kita mengorbankannya, maka orang lain akan menghormati dan memuliakan kita meskipun kita tidak mencari-cari hal itu, sedangkan bila kita mempunyai kemampuan untuk berkorban tapi kita tidak melakukannya, maka orang lain akan menghinakan kita, itulah diantara manfaat berkorban bagi diri kita.

Dalam konteks memperbaiki kualitas kehidupan bangsa, pengorbanan merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Kerusakan dan kerancuan pada masyarakat dan bangsa kita merupakan akibat dari ketiadaan semangat berkorban sehingga banyak sekali orang yang dalam mengabdikan diri untuk kemajuan masyarakat dan bangsa tidak berpikir tentang apa yang bisa mereka berikan tapi justeru apa yang mereka harus dapatkan. Oleh karena itu, idealnya kita terus berpikir dan berusaha tentang apa manfaat yang bisa kita berikan kepada kebaikan dan kemajuan masyarakat dan bangsa, bukan apa yang bisa kita dapatkan.

Sebagai muslim, menjadi keharusan bagi kita untuk memiliki sikap optimis, yakin akan hari esok yang lebih baik selama mau diupayakan dengan penuh kesungguhan. Sejarah telah menunjukkan kepada kita bagaimana perubahan nasib menjadi lebih baik bagi orang-orang yang mengalami kesulitan hidup selama mereka masih punya keyakinan akan hari esok yang lebih baik dan mau berusaha semaksimal mungkin dengan cara-cara yang halal dan meningkatkan kemampuannya dalam berusaha dengan selalu bertawakkal kepada Allah Swt. Sementara itu, banyak juga kita dapati manusia yang semula hidupnya bahagia, aman, tentram, sentosa berubah menjadi sengsara, menderita, dicekam oleh rasa takut, tidak memperoleh keamanan dan tidak punya masa depan yang cerah karena mereka sendiri yang merubah keadaan mereka menjadi seperti itu. Di dalam Al-Qur'an, Allah Swt berfirman:

اِنَّ اللهَ لاَََ يُغَيِّرُوْ ماَ بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَابِاَنْفُسِهِمْ

Artinya :

Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri (QS 13:11).


 

Akhirnya, marilah kita siapkan diri, keluarga dan masyarakat kita untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Kearah itu, diperlukan pemimpin yang baik, pemimpin yang bukan sekedar berstatus sebagai muslim tapi memang dapat menunjukkan identitas keislaman, keberpihakan pada nilai-nilai Islam dan mampu menunjukkan pelayanan kepada masyarakat. Momentum Idul Adha sekarang ini merupakan saat yang tepat untuk memacu diri kita berusaha lebih keras dan sungguh-sungguh agar terwujud negeri yang baik dan memperoleh ridha Allah Swt. Untuk itu, marilah kita tutup khutbah Ied kita pada hari ini dengan sama-sama berdo'a:

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

Artinya :

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu'minin dan mu'minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do'a.

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright Artikel, Skripsi 'N Tesis 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .